Masjid Shah dikenal pula sebagai masjid Imam (setelah revolusi Islami tahun 1979 di Iran) dan Masjid Jameh Abbasi yang merupakan sebuah masjid di Isfahan, Iran, berlokasi di sisi selatan Taman Naghsh-i Jahan. Masjid ini dibangun pada periode Safavi, dibawah perintah Shah Abbas dari Persia.

Masjid ini merupakan contoh sempurna dari arsitektur Islami Iran, dan dipandang sebagai mahakarya Arsitektur Persia. Masjid Shah merupakan mahakarya abadi dari arsitektur di Iran. Masjid ini terdaftar, bersama dengan Taman Naghsh-i Jahan, sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Pembangunannya dimulai pada tahun 1611, keindahan masjid ini terutama dikarenakan oleh ubin mozaik dengan tujuh warna dan tulisan-tulisan kaligrafinya.

Masjid ini merupakan salah satu warisan yang ditampilkan dalam Around the World in 80 Treasures ditampilkan oleh sejarawan arsitektur Dan Cruickshank.

Masjid ini juga digambarkan pada bagian belakang uang kertas Iran sebesar 20,000 rial.

 Shah Abbas Pahatan kuningan oleh Dominicus Custos, dari Atrium heroicum Caesarum pub. 1600–1602.

Pada tahun 1598, ketika Shah Abbas memutuskan untuk memindahkan ibu kota kerajaan Persia dalam masa pemerintahannya dari barat laut kota Qazvin ke pusat kota di Isfahan, ia memulai sesuatu yang akan menjadi upaya terbesar dalam sejarah Persia; pembuatan ulang atas kota kuno. Dengan memilih pusat kota di Isfahan, yang menjadi subur karena Sungai Zāyandeh ("sungai pemberi-kehidupan"), terbentang layaknya mata air di dataran tandus yang luas, ia memastikan ibu kota terlindungi bila terjadi serangan baik dari Ottoman dan Uzbek, dan pada waktu yang bersamaan mendapatkan tambahan kuasa atas Teluk Persia, yang belakangan menjadi wilayah perdagangan penting untuk Belanda dan Britania Perusahaan-perusahaan India Timur.[1]

Kepala arsitek untuk tugas kolosal akan perencanaan tempat pemukiman adalah Shaykh Bahai (Baha' ad-Din al-`Amili), yang memusatkan program pada dua tugas utama dari rencana utama Shah Abbas: jalan Chahar Bagh, diapit dikedua sisi oleh institusi-institusi terkemuka, seperti pemukiman semua pejabat-pejabat asing, dan Taman Naqsh-e Jahan ("Panutan Dunia").[2] Sebelum Shah menjadi penguasa, struktur kekuatan Persia mengalami desentralisasi, yang mana institusi berbeda berupaya mendapatkan kekuasaan, termasuk didalamnya militer (Qizilbash) dan gubernur-gubernur dari berbagai provinsi ; guna membentuk kerajaan. Shah Abbas ingin merombak struktur politik yang demikian, dan pembuatan ulang Isfahan, sebagai ibu kota Agung Persia, merupakan langkah penting dalam pemusatan kekuatan.[3] Dengan demikian, Shah Abbas akan mengumpulkan tiga komponen kekuatan utama di Persia dalam wilayah kekuasaannya; kekuatan agamawi, disimbolkan oleh Masjid Shah, kekuatan perdagangan, disimbolkan dengan Pasar Kerajaan, dan tentunya, kekuasaan akan Shah sendiri, bertempat tinggal di Istana Ali Qapu.

Inti paling berharga dari proyek ini adalah Masjid Shah, yang akan menggantikan Masjid Jameh yang lebih tua dalam memimpin sholat Jumat. Guna mencapai hal tersebut, Masjid Shah dibangun bukan hanya atas dasar keagungan, memiliki kubah paling besar di kota, tetapi Shaykh Bahai juga berencana mendirikan dua sekolah agama dan masjid musim dingin yang berada pada masing-masing sisinya.[4] Oleh karena harapan Shah untuk menyelesaikan pembangunan gedung dalam masa hidupnya, jalan pintas diraih dalam pembangunannya; sebagai contoh, Shah tidak mengindahkan peringatan dari salah satu arsitek Abu'l Qāsim mengenai bahaya kelemahan dari pondasi masjid, dan ia tetap pada proses pembangunannya.[5] Alasan arsitek tersebut pun terbukti, karena pada tahun 1662, bangunan tersebut mengalami banyak perbaikan.[6] Dan juga, rakyat Persia menciptakan gaya baru akan ubin mozaik (Tujuh-warna) yang lebih murah dan lebih cepat, hal ini tentunya mempercepat proses pembangunan. Pekerjaan ini diselesaikan dengan sangat baik oleh sekelompok pengrajin terbaik di negara itu, dan seluruh pekerjaan dipantau oleh kaligrafer Ulung, Reza Abbasi. Pada akhirnya, sentuhan terakhir dilakukan menjelang akhir tahun 1629, beberapa bulan setelah kematian Shah.

Juga, banyak sejarawan bertanya-tanya mengenai orientasi janggal Taman Kerajaan (Maidān). Tidak seperti kebanyakan gedung-gedung penting, taman ini tidak berada dalam posisi menghadap Mekah, makan ketika memasuki gerbang-masuk masjid, seseorang harus, hampir tanpa disadari, berputar kearah kanan, hal ini memungkinkan supaya ruangan utama menghadap Mekah. Donald Wilber memberikan penjelasan yang paling masuk akal akan hal ini; tujuan dari Shaykh Bahai supaya masjid dapat terlihat dari sisi manapun oleh mereka yang berada di maydān. Bila titik poros maydān bertepatan dengan titik poros Mekah, maka pandangan akan kubah masjid akan terhalangi oleh tugu gerbang-masuk yang berada di depannya. Dengan membuat sudut sedemikian, kedua bagian dari gedung, gerbang-masuk dan kubah, berada dalam posisi pandang sempurna yang dapat dinikmati semua orang yang berada di taman.[7]

^ Savory, Roger; Iran under the Safavids, p. 155. ^ Sir Roger Stevens; The Land of the Great Sophy, p. 172. ^ Savory; chpt: The Safavid empire at the height of its power under Shāh Abbas the Great (1588–1629) ^ Blake, Stephen P.; Half the World, The Social Architecture of Safavid Isfahan, 1590–1722, p. 143–144. ^ Savory, p. 162 ^ Blake; p. 144 ^ Wilber, Donald; Aspects of the Safavid Ensemble at Isfahan, in Iranian Studies VII: Studies on Isfahan Part II, p 407–408.
Photographies by:
Dolphinphoto5d - CC BY-SA 4.0
Julia Maudlin from Lake Oswego, Oregon, USA - CC BY 2.0
Yare zaman2000 - CC BY-SA 4.0
pegah jafari1995 - CC BY-SA 4.0
Zahra gharaati - CC BY-SA 4.0
Najaf777 - CC BY-SA 4.0
Amir Pashaei - CC BY-SA 4.0
Zones
Statistics: Position
1
Statistics: Rank
12855876

Tambah komentar baru

Esta pregunta es para comprobar si usted es un visitante humano y prevenir envíos de spam automatizado.

Keamanan
184236975Click/tap this sequence: 9535

Google street view

Where can you sleep near Masjid Shah ?

Booking.com
490.541 visits in total, 9.205 Points of interest, 404 Destinations, 13 visits today.